Sayyidil
Habib Novel bin Muhammad Alaydrus menghimbau kepada seluruh umat Islam
pengikut ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) di Indonesia agar
bersatu, merapatkan barisan, dan saling mendukung satu sama lainnya. Hal
ini beliau sampaikan dalam mau’idzoh hasanah di depan puluhan ribu
jama’ah Majelis Maulid Wat Ta’lim Riyadlul Jannah Malang pada Sabtu
malam Ahad (11 Muharram 1437 H/ 24 Oktober 2015).
Menurutnya, saat ini
Indonesia ini bisa aman, tentram, dan damai, tidak terjadi pergolakan
yang besar dan tidak terjadi pertempuran itu semua karena Aswaja
yang masih mayoritas di negeri ini.
Pengasuh
Majelis Ilmu dan Dzikir Ar-Raudhah Surakarta ini pun kemudian
mengutip ceramah dari Sayyidil Habib Muhammad Rizieq bin Husein bin
Muhammad Shihab. Dikatakan, selama Ahlussunnah wal Jama’ah itu mayoritas
di Indonesia, dan itu telah terbukti sampai hari ini kita mayoritas,
maka golongan yang lain pun akan hidup aman dan tentram, tidak mungkin
dimusuhi, tidak mungkin dianiaya, tidak mungkin dicaci, tidak mungkin
dimaki. Justru mereka diayomi, justru dibiarkan, dan tidak akan terjadi
pertentangan antara Ahlussunnah wal Jama’ah dengan yang lain. Tetapi
nanti kalau Ahlussunnah wal Jama’ah tidak mayoritas, kalau Syiah sudah
mayoritas, kalau Wahabi sudah mayoritas, maka ekstrimis-ekstrimis dari
Wahabi maupun Syiah yang ekstrim itu pasti akan menjadikan Ahlussunnah
wal Jama’ah tidak nyaman di negeri ini.
Buktinya,
tahu Syiria? Saat ini Syria sedang bergejolak begitu besarnya. Syiria
itu Ahlussunnah wal Jama’ahnya banyak. Syiria itu tempatnya Shufi.
Syaikh Muhammad Said Ramadhan Al Bouthi rahimahullah yang meninggal
dunia akibat dibom ketika mengajar tafsir Qur’an di masjid, beliau
adalah seorang Shufi Ahlussunnah wal Jamaah. Tetapi, begitu Syiah yang
ekstrim kuat di Syria, kemudian Wahabi yang ekstrim kuat di Syria,
keduanya akhirnya saling berperang maka yang jadi korban adalah
Ahlussunnah wal Jamaah.
Lagi, kita
tengok negara Yaman. Banyak orang-orang Indonesia yang menuntut ilmu
belajar di negeri Hadhramaut Yaman. Lihatlah begitu ada Syiah yang
ekstrim kuat di sana, kemudian Arab Saudi dengan Wahabinya yang ekstrim
masuk ke sana, kemudian apa yang terjadi ketika Wahabi ekstrem bertemu
dengan Syiah yang ekstrem? Terjadilah pertempuran dan peperangan. Yang
jadi korban adalah Ahlussunnah wal Jama’ah.
Tapi
di negeri ini di Indonesia, coba kita lihat Ahlussunnah wal Jamaah yang
militan, Ahlussunnah wal Jamaah yang seperti kita ini yang jumlahnya
mayoritas, maka tidak ada yang namanya penghancuran kepada orang-orang
yang berbeda pemahaman dengan kita. Yang ada kita mempersilahkan
mereka dengan golongannya selama mereka tidak menghina, mencaci, memaki,
dan menganiaya Ahlussunnah wal Jamaah.
Mengambil
pelajaran yang terjadi di Syria dan Yaman, Habib Novel bin Muhamamd
Alaydrus mengingatkan kepada para jamaah terhadap bahaya Wahabi dan
Syiah di Indonesia, akan tetapi ingat kita jangan pernah memusuhi
mereka. Ketika kita menerangkan akan bahayanya Wahabi dan Syiah bukan
berarti kita memusuhi Wahabi dan Syiah. Kita hanya ingin sebagai seorang
Ahlussunnah wal Jama’ah itu waspada. Caranya bagaimana? Habib Novel
Alaydrus menjelaskan salah satunya adalah dengan menghadiri majelis
maulid, tetapi jangan hanya hadir saja. Mengikuti majelis maulid sudah
bagus, tetapi lebih bagus lagi jikalau kita mengerti dan memahami ajaran
dari shohibul maulid itu sendiri, mengetahui aqidah shohibul maulid,
tahu bagaimana bertasawufnya, tahu bagaimana menguasai ilmu-ilmunya
dan juga mengerti dalil-dali amalannya. Karena jika tidak begitu maka
bukan mustahil suatu saat nanti Aswaja itu akan terhapus dari negeri
ini.
Lihatlah yang namanya Wahabi,
yang belum punya kekuatan apa-apa di negeri ini, tapi sudah berani
bersuara dari mimbar ke mimbar mencaci maki tahlilan, yasinan,
sholawatan, dan suka menuduh sesat. Itu Wahabi belum punya kekuatan
sudah berani tampil di televisi mengatakan amaliah ahlussunnah mengirim
pahala Quran Surat Al Fatihah tidak nyampai dan bahkan dikatakan
sebagai perbuatan bid’ah. Na’udzubillah…
Makanya
kalau kita ini Ahlussunnah wal Jama’ah yang benar tidak mau bersatu,
tapi malah saling mencurigai, dan tidak merapatkan barisan maka nanti
yang kasihan anak cucu kita. Usahakan dalam setiap majelis siapapun yang
ikut majelis ini untuk saling mendukung, saling menyayangi, saling
mencintai, dan saling merapatkan barisan bukan justru saling mencurigai,
saling merendahkan, atau saling merasa hebat. Dan begitu pula terhadap
majelis-majelis yang lain, usahakan ajak dan dukung majelis tersebut.
Sesama majelis diusahakan saling mendukung satu sama lain, selama itu
majelis Ahlussunnah wal Jama’ah, selama itu aqidahnya Asy’ariyyah,
selama itu mengikuti madzhab Imam yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i,
dan Hanbali), selama itu tidak bengkok dari jalannya para leluhur auliya
wash sholihin, maka itu adalah saudara kita dan saatnya merapatkan
barisan.
Oleh: Sayyidil Habib Novel
bin Muhammad Alaydrus, Pengasuh Majelis Ilmu dan Dzikir
Ar-Raudhah Surakarta, yang disarikan dari mau’idzoh hasanah dalam
tabligh akbar Majelis Riyadlul Jannah Malang, pada 11 Muharram 1437 H/
24 Oktober 2015, bertempat di Balai Desa Pagedangan, Kecamatan Turen,
Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Habib Novel bin Muhamamd Alaydrus Himbau Aswaja Untuk Bersatu dan Merapatkan Barisan was last modified: November 6th, 2015 by
Tidak ada komentar:
Posting Komentar